
TINGKATAN KUALITAS SHALAT DALAM AL-QUR’AN
oleh : M. Farid Ridha (220103020166), Mahasiswa Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
Shalat merupakan tiang agama dan salah satu rukun dari lima rukun Islam. Sebagai orang yang beriman yang sudah baligh dan berakal, kita diwajibkan untuk melaksanakan shalat lima kali dalam satu hari yang waktunya sudah ditentukan oleh syariat Islam. Adapun lima waktu itu ialah shalat dzuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh.
Ibadah yang paling pertama di hisab adalah shalat, hal ini sesuai dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits riwayat Nasa’i (No.3926):
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ الصَّلَاةُ
Dari Abdullah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesuatu pertama yang dengannya seorang hamba dihisab adalah shalat.”
Maka dari hadits di atas kita dapat memahami bahwa kedudukan shalat dalam agama Islam sangatlah penting. Shalat merupakan media komunikasi antara seorang hamba dengan sang pencipta, dan merupakan sebuah ibadah yang sangat banyak hikmah di dalamnya. Sebagai umat Islam kita harus memperhatikan keadaan shalat kita, agar hubungan kita kepada Allah menjadi lebih dekat.
Banyak ulama yang menjelaskan keutamaan-keutamaan shalat dan azab yang akan didapatkan jika kita meniggalkannya. Ulama fiqih juga menjelaskan mengenai tata cara shalat, baik itu syarat wajib, syarat sah, rukunnya dan sunnah-sunnahnya. Akan tetapi masih banyak dari kita yang menganggap shalat hanya sebatas kewajiban yang harus kita kerjakan, tanpa memperhatikan kualitas shalat kita.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, menyebutkan setidaknya ada empat tingkatan orang yang melaksanakan shalat. Adapun tingkatan-tingkatan tersebut, sebagai berikut:
- Khusyū’
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَا تِهِمْ خَا شِعُوْنَ
“(yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya,” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 2)
Al-Baqli seorang mufasir dan sufi, menyebutkan dalam kitab tafsirnya ‘Arais Al-Bayan fi Haqaiq Al-Qur’ān bahwa orang yang khusyu’ adalah yang mendirikan shalat karena mengharap Allah dengan rasa takut karena menyaksikan keagungan Allah.
- Dā’im
الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَا تِهِمْ دَآئِمُوْنَ
“mereka yang tetap setia melaksanakan sholatnya,” (QS. Al-Ma’arij 70: Ayat 23)
Al-Alusi dalam kitabnya Ruh Al-Ma’ani mengatakan bahwasanya makna dā’imūn dalam ayat ini adalah semangat dalam menjalankannya dan tidak pernah melewatkannya dan tidak disibukan dengan kesibukan-kesibukan lain ketika menjalankannya, dan hal ini menunjukan keutamaan ketika selalu menjalankan ibadah dengan tekun.
3. Hāfid atau Yuhāfidz
وَا لَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَا تِهِمْ يُحَا فِظُوْنَ
“Dan orang-orang yang memelihara sholatnya,” (QS. Al-Ma’arij 70: Ayat 34)
Al-Alusi dalam kitabnya Ruh al-Ma’ani mengatakan bahwasanya shalat yang terpelihara adalah dengan menunaikan shalatnya sesuai waktu-waktu yang telah ditentukan, menunaikan terhadap syarat-syaratnya, menyempurnakan rukuk dan sujudnya dan menjalankan rukun-rukunnya.
4. Sāhūn
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَا تِهِمْ سَاهُوْنَ
“(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya,” (QS. Al-Ma’un 107: Ayat 5)
Menurut Said Hawwa, ayat ini menjelaskan keadaan orang munafik yang shalat, yaitu mereka suka melalaikan shalat atau mengerjakan shalat ketika dilihat oleh orang lain dan meninggalkannya ketika tidak ada yang melihatanya sebagaiaman yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Dari hal yang sudah dijelaskan di atas, kita harus lebih meningkatkan kualitas shalat kita agar sampai kepada tingkatan yang paling tinggi supaya kita mendapat keridhaan Allah swt.
Demikian pemaparan singkat mengenai tingkatan kualitas shalat seseorang dalam Al-Qur’an yang disertai penjelasan para ulama dan mufasir, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bi-shawab.
Referensi
Al-Alusi. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir Al-Qur’ān Al-’Azim wa As-Sab’a Al-Matsani. Dar al Fikr, 1996.
Ruzbihan al-Baqli. ’Ara’is Al-Bayan fi Haqa’iq Al-Qur’ān. Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2008.
Said Hawwa. Asas fi at-Tafsir. Darussalam, 1991.