Refleksi Ayat Al-Qur’an sebagai Solusi dalam Menghadapi Overthinking
Oleh: Valisa (220103020060) Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
Overthinking merupakan salah satu fenomena psikologi yang melibatkan pemikiran berlebihan yang sering kali menyebabkan kecemasan, dan stress. Banyak yang ditemukan anak-anak zaman sekarang terutama seorang mahasiswa yang sering memikirkan yang tidak perlu dipikirkan. Contohnya mahasiswa yang takut gagal dalam membahagiakan orang tua, dan lain sebagainya. Jika terus berlanjut maka akan membahayakan seseorang baik dari segi fisik maupun mental mereka. Dalam Al-Qur’an overthinking ini bisa dikatakan dengan cemas, takut, gelisah, sedih, sempit jiwa, dan keluh kesah. Dan Al-Qur’an ternyata punya solusi dalam mengatasi overthinking ini.
Penyebab Overthinking dan Dampaknya
Terjadinya overthingking disebabkan kurangnya kemampuan dalam mengelola emosi dan pikiran negatif. Kecemasan yang berlebihan, kurang percaya diri akan keputusan dengan tindakan yang mereka buat sehingga terjebak dalam siklus yang negatif, memiliki trauma masalalu yang mendalam, sehingga khawatir hal serupa akan terulang kembali. Penyebab inilah yang memberikan dampak negatif dalam kinerja otak, yang berakibat kurang fokus dalam melakukan suatu hal. Juga dapat membuat emosi tidak terkontrol, sehingga orang tersebut akan mudah panik, kehilangan rasa kepercayaaan, bahkan menunjukan pemikiran dan perilaku yang tidak wajar.
Solusi Praktis dalam Mengatasi Overthingking
Dalam Al-Qur’an overthinking dalam ranah sedih dan cemas terdapat dalam QS. Ali-‘Imran [3]: 154 sebagai berikut:
ثُمَّ أَنزَلَ عَلَيۡكُم مِّنۢ بَعۡدِ ٱلۡغَمِّ أَمَنَةٗ نُّعَاسٗا يَغۡشَىٰ طَآئِفَةٗ مِّنكُمۡۖ وَطَآئِفَةٞ قَدۡ أَهَمَّتۡهُمۡ أَنفُسُهُمۡ يَظُنُّونَ بِٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ ظَنَّ ٱلۡجَٰهِلِيَّةِۖ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ مِن شَيۡءٖۗ قُلۡ إِنَّ ٱلۡأَمۡرَ كُلَّهُۥ لِلَّهِۗ يُخۡفُونَ فِيٓ أَنفُسِهِم مَّا لَا يُبۡدُونَ لَكَۖ يَقُولُونَ لَوۡ كَانَ لَنَا مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٞ مَّا قُتِلۡنَا هَٰهُنَاۗ قُل لَّوۡ كُنتُمۡ فِي بُيُوتِكُمۡ لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡقَتۡلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمۡۖ وَلِيَبۡتَلِيَ ٱللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمۡ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمۡۚ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ
“Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu, sedangkan segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata, “Sesungguhnya segala urusan itu di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, “Sekiranya ada sesuatu yang dapat kita perbuat dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah (Muhammad), “Meskipun kamu ada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditetapkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Dan Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS. Ali-‘Imran [3]: 154)
Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini, di awali dengan menjelaskan bahwa Allah SWT telah mengigatkan kepada kaum Muslimin atas nikmat rasa aman dan ketenangan melalui rasa kantuk. Sedangkan mereka dalam keadaan menenteng senjata dengan perasaan yang sedih dan cemas. Ibnu katsir juga menekankan bahwa ayat ini juga berfungsi sebagai ujian dalam membedakan orang-orang yang beriman dan orang yang munafik. Karena orang munafik akan merasa cemas dan berpikir buruk tentang Allah,, seakan-akan Allah tidak akan menolong Nabi-Nya. Sementara itu, golongan yang beriman merasakan ketenangan dan keberanian, yang memungkinkan mereka untuk tidur meskipun dalam situasi genting sekalipun. Hal inilah yang menunjukan bahwa iman yang kuat dapat memberikan ketenangan batin meskipun di tengah ancaman.
Ayat ini dapat memberikan pemahaman bagaimana pentingnya keimanan yang tulus dan begaimana Allah mengatur segala sesuatu untuk menguji hamba-Nya. Ibnu Katsir menekankan bahwa semua urusan ada di tangan Allah, dan dia mengetahui isi hati setiap individu.
Terdapat beberapa solusi yang bisa diupayakan dalam Al-Qur’an diantaranya, yaitu:
Berdoa
Dalam mengahadapi overthinking baikanya harus tetap berdoa dan jangan putus asa dalam doa tersebut, sebagimana dalam QS. Al-Anbiya [21]: 90 sebagai berikut:
فَٱسۡتَجَبۡنَا لَهُۥ وَوَهَبۡنَا لَهُۥ يَحۡيَىٰ وَأَصۡلَحۡنَا لَهُۥ زَوۡجَهُۥٓۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ
“Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung. Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada kami.” (QS. Al-Anbiya [21]: 90).
Dalam ayat ini, kita dapat mencontoh bagaimana Nabi Zakaria berdoa dengan penuh harap dan cemas. Sebagaimana doa Nabi Zakaria ini yang akhirnya membuahkan hasil, yakni mendapatkan anak. Oleh karena itu ketika kita overthinking maka sebaik-baikanya overthinking adalah dengan terus berdoa kepada Allah, agar diberikan petunjuk dalam setiap permasalahan. Karena dengan berdoa kita dapat merasakan ketenangan dalam diri.
Ikhtiar (Berusaha)
Mengahadapi overthinking juga bukan cuman berdoa namun harus ikhtiar (berusaha) sebagaimana dalam QS. Al-A’raf [7]: 35. Sebagai berikut:
يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ إِمَّا يَأۡتِيَنَّكُمۡ رُسُلٞ مِّنكُمۡ يَقُصُّونَ عَلَيۡكُمۡ ءَايَٰتِي فَمَنِ ٱتَّقَىٰ وَأَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
“Wahai anak cucu Adam! Jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-ku kepadamu, maka barang siapa bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati” (QS. Al-A’raf [7]: 35).
Dalam ayat ini Allah berjanji bahwa siapapun yang melakukan perbaikan atau ikhtiar, untuk mengubah keadaan maka tidak ada rasa takut yang menimpa mereka. Jadi untuk menghindari overthinking yang terus muncul maka harus ada pergerakan dan harus ada perubahan yang dilakukan dalam hidupmu.
Berzikir (Zikir)
Berzikir juga dapat membantu dalam mengurangi overthingking Habib Husein Ja’far, memberikan tipsnya dengan mengisi waktu luang berzikir kepada Allah SWT. Karena dengan berzikir seseorang akan merasakan ketenangan dalam hatinya.
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan menerapkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi semua tantangan yang ada. Dengan iman yang kuat, dan kepercayaan kepada Allah SWT, bisa menjadi solusi dalam mengatasi overthingking dan mencapai kedamaian lahir batin.
Daftar Pustaka
Dea Ivanka and Muhammad Putra Dinata Saragi, “Overthinking Pada Mahasiswa: Analisis Perbandingan Mahasiswa Tingkat Awal dan Tingkat Akhir,” GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling 13, no. 2 (June 30, 2023).
Ivanka, Dea, and Muhammad Putra Dinata Saragi. “Overthinking Pada Mahasiswa: Analisis Perbandingan Mahasiswa Tingkat Awal dan Tingkat Akhir.” GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi, Bimbingan dan Konseling 13, no. 2 (June 30, 2023).
Muhammad Naufal Rahman, “Peran Zikir Dalam Menangani Overthingking” 1, no. 3 (2024).