PERJALANAN SINGKAT HIDUP TUAN GURU MUHAMMAD KHALID TANGGA ULIN

Oleh : Rahmat (220103020182). Mahasiswa Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin da Humaniora

Tuan Guru Muhammad Khalid Tangga Ulin dilahirkan pada tahun 1875 di Desa padang basar, Amuntai Utara. Ayahnya, Abdurrahman, berkerja sebagai petani sekaligus guru ngaji Alqur’an dan ibunya, Salabiyyah, dikenal dengan panggilan Diang Rukut karena memiliki rambut keriting

Di kalangan masyarakat, beliau dikenal sebagai ulama yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam dan berhasil melakukan kaderisasi ulama karena banyak murid-muridnya yang kemudian menjadi ulama. Murid-muridnya tidak hanya berasal dari kawasan Kalimantan Selatan, tetapi juga dari kawasana Asia Tenggara Karena beliau pernah mengajar di Masjidil Haram dan beberapa wilayah yakni di Sumatera, Kalimantan dan Malaysia.

Sejak kecil, Tuan Guru Muhammad Khalid telah menerima pendidikan dasar Alqur’an dan beberapa ajaran dasar keislaman dari ayahnya. Kemudian sekitar tahun 1890, ia ke Nagara belajar  ilmu agama selama 6 tahun dan juga pernah belajar kepada beberapa ulama dari martapura.

Pada tahun 1899 ia berangkat ke Mekkah untuk mendalami ilmu agama, tidak hanya belajar Tuan Guru Muhammad Khalid pernah mengajar di Masjidil Haram karena kedalaman ilmu pengetahuanya dan kekukuhanya dalam mempertahankan pendiriannya ia dijuluki sebagai “Pasak Borneo” dan “Tauman Hijau” hingga pada tahun 1909 kembali ke Amuntai ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan seorang wanita asal Desa Tangga Ulin Amuntai yang bernama Mas Intan binti Mayaqub.

Pada tahun 1920 Tuan Guru Muhammad Khalid kembali ke Mekkah untuk menunaikan haji bersama keluarganya. Setelah menunaikan ibadah haji, ia tidak segera pulang karena guru gurunya dulu ketika masih belajar di Mekkah memintanya untuk mengajar kembali di masjidil haram.

Ketika popularitas sebagai ulama di Masjidil Haram sedang naik, sayangnya Tuan Guru Muhammad Khalid tidak dapat tinggal lebih lama  di Mekkah karena situasi yang memburuk pada saat itu memaksanya untuk kembali ke Amuntai. Pada tahun 1925 terjadinya perebutan kekuasaan antara Dinasti Saudi dengan Syarif Husin.

Memasuki usia yang ke-50, Tuan Guru Muhammad Khalid membuka pengajian agama di Tanggal Ulin yang menjadi terkenal sehingga banyak sekali para penuntut ilmu belajar saat itu sehingga rumah mertua Tuan Guru Muhammad Khalid tidak menampung jamaah pengajian yang datang dari berbagai wilayah. Kemudian pengajianya dipindahkan ke sebuah rumah yang di hadiahkan oleh murid Tuan Guru Muhammad Khalid kepadanya. Pengajian ini dapat berlangsung kurang lebih 7 tahun (1925-1932).

Pada tahun 1932 Tuan Guru Muhammad Khalid meninggalkan kampung halamannya untuk merantau ke beberapa wilayah di Kalimantan, Sumatera dan Malaysia. Di berbagai tempat ia tinggali Tuan Guru Muhammad Khalid membuka pengajian atas permintaan dari murid-muridnya yang pernah belajar sewaktu di Masjidil haram.

Pada tahun 1932-1936 setelah berkeliling di wilayah Sumatera dan Malaysia, Tuan Guru Muhammad khalid kemudian berangkat ke samarinda untuk mengajar di berbagai tempat termasuk di Istana Kesultanan Kutai Kartanegara atas undangan Sultan Parikesit. 

Setelah 2 tahun mengajar ia memutuskan untuk kembali ke Tangga Ulin Amuntai dan membuka pengajian yang ia tinggalkan. Pada usia yang mencapai sekitar 63 tahun Tuan Guru Muhammad Khalid kembali memfokuskan diri untuk mengajar di Tangga Ulin, Setelah kurang lebih 23 tahun mengajar ia wafat pada tanggal 6 April 1963 M dalam usia 86  tahun.

Referensi

Rahmadi. Jaringan Intelektual Ulama Banjar Abad XIX dan XX. Kalimantan selatan: Antasari Press, 2019

Wardani, Mujahid dkk., Ulama Banjar Dari Masa Ke Masa. Kalimantan Selatan: Antasri Press, 2019